SURABAYA - Penangkapan sindikat narkoba asal Iran di Bandara Juanda Selasa (3/11) menjadi bahan kajian kepolisian. Kesimpulan sementara, Surabaya menjadi salah satu tempat transit peredaran narkoba di Indonesia. Ditnarkoba Polda Jatim kini memburu pemain lokal yang diduga terlibat dalam sindikat internasional tersebut.
Kasat II Ditnarkoba Polda Jatim AKBP Sudirman mengatakan, dugaan tersebut berdasar pada hasil interogasi empat warga Iran yang ditangkap. Tampaknya tiga orang hanya kurir, namun korlapnya adalah Mohamad Reza alias Mamali -warga Iran yang ditangkap terakhir di lantai 3 Tunjungan Plasa.
Kepada penyidik, Mozhran, Mohamad, dan Sayyed Maghdi, nama tiga warga Iran lainnya tersebut mengaku hanya sebagai kurir. Transportasi dan akomodasi mereka seluruhnya ada yang menanggung. Tugas mereka membawakan tas dan menyampaikannya kepada Mamali.
''Upahnya mereka mendapat uang saku bersih USD 500 masing-masing. Ini dalam artian uang bersih lho. Sementara uang operasional mereka semua diganti,'' ucap perwira dengan dua mawar di pundak tersebut.
Ketiganya menyebut nama warga Iran yang berinisial G sebagai otak sindikat. ''G ini ternyata warga Iran juga. Hanya, dia berdomisili di Istanbul, Turki,'' terang Sudirman.
Nah, dari pengakuan ketiga kurir dan Mamali, petugas menduga bahwa Surabaya hanya menjadi tempat transit. Sebuah sumber mengungkapkan bahwa tujuan utamanya adalah Bali dan Jakarta. ''Karena kimono-kimono (yang berisi sabu-sabu, Red) tersebut akan dikirimkannya ke kedua tempat tersebut,'' tuturnya.
Sumber tersebut menyimpulkan bahwa Surabaya dianggap sebagai "pintu terlemah" dibandingkan dengan Bali dan Jakarta. ''Sejumlah pengungkapan di Bandara Cengkareng membuat nyali mereka ciut untuk masuk sana,'' jelasnya. Rencananya, barang haram tersebut bakal diantar via jalan darat. Karena dirasa lebih aman.
Kendati belum menyebut nama pasti, namun petugas yakin ada kaitannya dengan sindikat Iran yang ada. ''Kami sudah koordinasi, dan sekarang kami lakukan pencocokan data,'' ucap Sudirman.
Selain kaitan dengan warga Iran lainnya yang ditangkap tiga pekan sebelumnya, polisi kini juga memburu pemain lokal yang berada dalam sindikat tersebut. Ini beralasan karena sindikat Iran tersebut ternyata menggunakan warga lokal sebagai penunjuk jalan sekaligus tenaga pemasarannya. ''Sudah menyebut nama, tapi kami masih memburunya,'' tandasnya.
Seperti diberitakan, tim gabungan Bea Cukai Jatim I, Polisi Militer TNI-AL (Pomal), dan Ditnarkoba Polda Jatim berhasil menangkap empat orang warga Iran. Yakni, Mozhran, 39, dan Mohamad, 21, di Bandara Juanda. Sayyed Maghdi ditangkap di Hotel Inna Simpang, dan Mohamad Reza ditangkap di lantai 3 Tunjungan Plasa.
Selain menangkap keempat orang tersebut, tim gabungan tersebut juga menyita dua buah kimono berbahan handuk seberat 9 kg yang didalamnya berisi 4,7 kg sabu-sabu senilai Rp 6,5 miliar. Ini adalah modus baru: menempelkan sabu-sabu di sekujur kimono yang dibungkus plastik.
Kasat II Ditnarkoba Polda Jatim AKBP Sudirman mengatakan, dugaan tersebut berdasar pada hasil interogasi empat warga Iran yang ditangkap. Tampaknya tiga orang hanya kurir, namun korlapnya adalah Mohamad Reza alias Mamali -warga Iran yang ditangkap terakhir di lantai 3 Tunjungan Plasa.
Kepada penyidik, Mozhran, Mohamad, dan Sayyed Maghdi, nama tiga warga Iran lainnya tersebut mengaku hanya sebagai kurir. Transportasi dan akomodasi mereka seluruhnya ada yang menanggung. Tugas mereka membawakan tas dan menyampaikannya kepada Mamali.
''Upahnya mereka mendapat uang saku bersih USD 500 masing-masing. Ini dalam artian uang bersih lho. Sementara uang operasional mereka semua diganti,'' ucap perwira dengan dua mawar di pundak tersebut.
Ketiganya menyebut nama warga Iran yang berinisial G sebagai otak sindikat. ''G ini ternyata warga Iran juga. Hanya, dia berdomisili di Istanbul, Turki,'' terang Sudirman.
Nah, dari pengakuan ketiga kurir dan Mamali, petugas menduga bahwa Surabaya hanya menjadi tempat transit. Sebuah sumber mengungkapkan bahwa tujuan utamanya adalah Bali dan Jakarta. ''Karena kimono-kimono (yang berisi sabu-sabu, Red) tersebut akan dikirimkannya ke kedua tempat tersebut,'' tuturnya.
Sumber tersebut menyimpulkan bahwa Surabaya dianggap sebagai "pintu terlemah" dibandingkan dengan Bali dan Jakarta. ''Sejumlah pengungkapan di Bandara Cengkareng membuat nyali mereka ciut untuk masuk sana,'' jelasnya. Rencananya, barang haram tersebut bakal diantar via jalan darat. Karena dirasa lebih aman.
Kendati belum menyebut nama pasti, namun petugas yakin ada kaitannya dengan sindikat Iran yang ada. ''Kami sudah koordinasi, dan sekarang kami lakukan pencocokan data,'' ucap Sudirman.
Selain kaitan dengan warga Iran lainnya yang ditangkap tiga pekan sebelumnya, polisi kini juga memburu pemain lokal yang berada dalam sindikat tersebut. Ini beralasan karena sindikat Iran tersebut ternyata menggunakan warga lokal sebagai penunjuk jalan sekaligus tenaga pemasarannya. ''Sudah menyebut nama, tapi kami masih memburunya,'' tandasnya.
Seperti diberitakan, tim gabungan Bea Cukai Jatim I, Polisi Militer TNI-AL (Pomal), dan Ditnarkoba Polda Jatim berhasil menangkap empat orang warga Iran. Yakni, Mozhran, 39, dan Mohamad, 21, di Bandara Juanda. Sayyed Maghdi ditangkap di Hotel Inna Simpang, dan Mohamad Reza ditangkap di lantai 3 Tunjungan Plasa.
Selain menangkap keempat orang tersebut, tim gabungan tersebut juga menyita dua buah kimono berbahan handuk seberat 9 kg yang didalamnya berisi 4,7 kg sabu-sabu senilai Rp 6,5 miliar. Ini adalah modus baru: menempelkan sabu-sabu di sekujur kimono yang dibungkus plastik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar